Annyeonghaseyo...
Tempat berbagi ketika dunia fana hanya menjadi "masa yang tertinggal"
Analisis Jurnal III
POST
TRAUMATIC GROWTH PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA
Ade Fitri
Rahman dan Erlina Listianti Widuri
Apa yang terlintas
dalam pikiran Anda ketika membaca judul suatu jurnal di atas?
Kanker. Adakah yang
tidak tahu tentang kanker? Bagaimana seseorang dapat mengidap suatu penyakit
yang diketahui belum ditemukan obatnya sampai saat ini? Bagaimana dengan
perasaan mereka? Marah? Terkejut? Putus asa?..... L
Berbicara mengenai emosi yang
dirasakan penderita penyakit kanker, dalam psikologi perkembangan kita pernah
mempelajari tentang ‘terminal illness’. Bagaimana mereka
yang menderita penyakit ‘berbahaya’ pada akhirnya mampu meregulasi diri untuk
bisa menerima semua yang terjadi padanya.
Kenyataan yang membuktikan bahwa belum
diketemukan obatnya sampai saat ini, menjadikan kanker termasuk dalam salah
satu penyakit yang ‘berada di penghujung’. Jika melihat dinamika sesaat ketika
orang tersebut didiagnosa menderita kanker, pastilah tidak jauh berbeda dengan
teori yang sudah dijelaskan oleh Elizabeth Kubler-Ross bahwa ada 5 tahapan,
diantaranya:
1. Penyangkalan
(denial & isolation)à menolak
bahwa kematian benar-benar ada.
2. Kemarahan (anger) à Sadar bahwa
penolakan tidak dapat dipertahankan, kemudian memunculkan rasa marah, benci,
dan iri.
3. Meminta waktu tambahan (bargaining)
à seseorang mengembangkan harapan bahwa
kematian sewaktu-waktu dapat ditunda atau diundur.
4. Depresi (depression)
à orang yang sekarat akhirnya menerima
kematian, suatu periode depresi atau persiapan berduka mungkin muncul.
5. Penerimaan (acceptance) à Seseorang mulai mengembangkan rasa damai, menerima takdir, dan dalam beberapa hal ingin ditinggal
sendiri.
Dari kelima tahapan tersebut, jika
dikaitkan dengan judul dan hasil penelitian dengan menggunakan metode wawancara
dan observasi, isi pembahasan jurnal tersebut sepertinya menunjukan bahwa
subjek penelitian tengah berada dalam tahap kelima, yaitu penerimaan. Dengan
menggunakan desain kualitatif, kedua peneliti berusaha untuk bisa lebih
mendalami dan mengungkapkan gejala secara holistik. Menurut Moleong (2005), metode penelitian
kualitatif dalam paradigma fenomenologi berusaha mamahami arti (mencari makna)
dari peristiwa dan kaitan-kaitannya dengan orang-orang biasa dalam situasi
tertentu.
Lalu bagaimana data tersebut
terkumpul sedangkan kita mengetahui bahwa masalah terkait subjek tergolong
masalah yang sensitif dan pribadi?
Pertanyaan tersebut
terjawab dengan metode observasi dan wawancara sebagai alat pengumpul data.
Entah bagaimana cara peneliti mengobservasi (karena tidak terlalu jelas
ditunjukan dalam jurnalnya), yang pasti peneliti berusaha untuk mencatat data
non-verbal, seperti gerakan tubuh,
mimik muka, ekspresi wajah, dan intonasi suara selama sesi
wawancara. Dari proses tersebut kemudian diperoleh suatu hasil bahwa ternyata
mereka yang mengidap penyakit kanker payudara dan sudah melewati masa traumanya
memiliki suatu pandangan yang luar biasa (menurut pendapat saya pribadi).
Bagaimana tidak? Jika mereka ternyata pada akhirnya dapat membangun suatu pola
pikir yang lebih bijak dalam memahami arti kehidupan.
Secara teoritis, konsep pertumbuhan masa trauma
didefinisikan sebagai pengalaman perubahan positif yang signifikan timbul sebagai perjuangan dari
krisis kehidupan yang besar, antara lain:
ð Apresiasi peningkatan
hidup
ð Pengaturan hidup dengan
prioritas baru
ð Rasa kekuatan pribadi
meningkat
ð Spiritual berubah secara
meningkat ke arah positif. Spiritualitas dalam konteks ini
mengacu pada rasa bersyukur yang lebih besar kepada Sang Pencipta, peningkatan
rasa komitmen seseorang kepada tradisi keagamaan, atau pemahan yang lebih jelas
dari keyakinan agama seseorang.
Setidaknya
terdapat empat pertumbuhan pasca trauma (post traumatic growth) yang
signifikan timbul dari perjuangan mereka yang menjadi subjek penelitian untuk
jurnal tersebut, dalam menghadapi kanker payudara ini, antara lain: peningkatan
spiritualitas, positive improvement in life, proses sosial semakin
tinggi, dan relasi sosial semakin baik. Hal ini dikarenakan ketika didiagnosis
menderita penyakit yang mengancam hidupnya, individu sering memikirkan kembali
makna dan tujuan hidup mereka dan mempelajari kembali prioritas mereka.
Soo,....now we know...
Berusaha bagaimana caranya untuk bisa menghargai sebuah arti
kehidupan...sebelum pada akhirnya kita ‘terpaksa’ untuk bisa berpikir seperti
itu ketika sesuatu diluar keinginan terjadi.
Dan...selalu percaya satu hal:
Bahwa dalam kesulitan sekalipun, rahmat Allah SWT tetap menyertai kita...dan selalu ada hikmah yang terkandung di dalamnya...
Bahwa dalam kesulitan sekalipun, rahmat Allah SWT tetap menyertai kita...dan selalu ada hikmah yang terkandung di dalamnya...
Di balik kesulitan...akan
ada kemudahan...
Dan itulah yang
Tuhan janjikan bagi mereka yang senantiasa memegang teguh tali-Nya... J
21.15
|
Label:
Psikodiagnostik II: Observation...
|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
Translate
Permata Puthrie

Hallo...Saya Putri, pemilik akun blog yang sedang kalian baca ini... :) Terimakasih y sudah berkunjung dan membaca hasil dari buah pikiran yang tersirat dari tiap goresan katanya ^_^
Archive Label
- Catatanku (4)
- KoreaNn (2)
- Love Music... :) (4)
- My cReate... (3)
- Permata's Photograph (2)
- Psikodiagnostik II: Observation... (5)
- Suara Cerita (1)
- Trilovus...Selover (1)
Blog Archive
Popular Posts
-
“PENGARUH VISUAL STORYTELLING KOMIK ASING PADA KOMIK INDONESIA TERBITAN PT. ELEX MEDIA KOMPUTINDO TAHUN 2004-2008” Yohan Alexander, ...
0 komentar:
Posting Komentar